Logical Fallacy: Kesalahan Berpikir yang Bikin Diskusi Melenceng

    Logical Fallacy: Kesalahan Berpikir yang Bikin Diskusi Melenceng

    Kalau kita sering nonton atau ikut dalam perdebatan, pasti sering lihat argumen yang malah melenceng jauh dari topik utama. Ini biasanya karena adanya logical fallacy atau sesat pikir dalam diskusi.

    Logical fallacy adalah kesalahan dalam cara berpikir yang bikin argumen terdengar masuk akal, padahal sebenarnya keliru. Biasanya, ini terjadi karena orang lebih fokus pada emosi atau manipulasi daripada logika. Contohnya, ada yang menyerang pribadi lawan (ad hominem) daripada membantah argumennya. Misalnya, kalau ada yang bilang, "Jangan percaya pendapat dia soal politik, dia bahkan masih mahasiswa!" Nah, ini nggak nyambung, karena status seseorang bukan alasan buat menolak pendapatnya.

    Terus, ada juga straw man fallacy, di mana seseorang memelintir argumen lawannya supaya lebih gampang diserang. Contohnya, kalau ada yang bilang, "Kita harus membatasi konsumsi gula, " lalu lawannya membalas, "Jadi kamu mau semua orang dilarang makan makanan manis?" Padahal yang dimaksud hanya membatasi, bukan melarang total.

    Selain itu, ada false dilemma, di mana seseorang seolah-olah cuma ngasih dua pilihan, padahal sebenarnya ada banyak opsi lain. Misalnya, "Kalau kamu nggak setuju dengan kebijakan ini, berarti kamu nggak cinta negara." Padahal bisa aja seseorang nggak setuju, tapi tetap peduli sama negaranya.

    Kesalahan berpikir lainnya yang sering muncul adalah slippery slope, yang melebih-lebihkan akibat dari sebuah tindakan kecil. Misalnya, "Kalau kamu sering main game, nanti jadi kecanduan, nggak belajar, dan akhirnya hidup sengsara!" Padahal, main game nggak selalu bikin hidup berantakan.

    Ada juga appeal to authority, yaitu ketika orang percaya sesuatu cuma karena dikatakan oleh figur terkenal, tanpa ngecek dulu kebenarannya. Misalnya, "Produk ini bagus karena selebriti A memakainya!" Padahal, bisa aja produknya biasa aja dan seleb itu cuma dibayar buat promosi.

    Selain itu, ada yang namanya red herring, yaitu mengalihkan perhatian dari isu utama dengan sesuatu yang nggak relevan. Contohnya, kalau ada yang ngomong, "Kita harus bahas soal korupsi di pemerintahan, " lalu dibalas dengan, "Tapi bagaimana dengan kejahatan di jalanan? Itu juga penting!" Padahal, dua hal itu nggak ada hubungannya dan bisa dibahas terpisah.

    Yang terakhir, ada bandwagon atau appeal to popularity, yaitu menganggap sesuatu benar cuma karena banyak orang percaya. Contohnya, "Semua orang pakai produk ini, berarti ini pasti yang terbaik!" Padahal, jumlah pemakai bukan jaminan kualitas.

    Logical fallacy ini sering banget muncul di debat, iklan, bahkan media sosial buat mempengaruhi orang. Makanya, kita harus lebih kritis dan nggak gampang percaya sama argumen yang terdengar meyakinkan, tapi sebenarnya menyesatkan. 

    Bandar Lampung, 24 Maret 2025
    Hidayat Kampai

    hidayat kampai logical fallacy
    Dr. Hidayatullah

    Dr. Hidayatullah

    Artikel Sebelumnya

    Fungsi dan Wewenang DPR RI

    Artikel Berikutnya

    Indonesia Darurat Otomotif, 80 Tahun Merdeka,...

    Berita terkait

    Rekomendasi berita

    PERS.CO.ID: Jaringan Media Jurnalis Independen
    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika Tata Bahasa Anda Masih Berantakan
    Babinsa Koramil Banjarangkan Bersinergi Amankan Perayaan Galungan di Pantai Lepang
    Jelang Hari Raya Galungan, Babinsa Koramil Banjarangkan Gencarkan Komsos untuk Perkuat Kamtibmas di Tengah Masyarakat
    Komitmen Keberlanjutan KAI Logistik: Penguatan Moda KA, Digitalisasi, dan Aksi Hijau

    Follow Us

    Random

    Tags

    Voting Poll